Minggu, 10 April 2016

broken home bukan akhir dari segalanya

Istilah “broken home” biasanya digunakan untuk menggambarkan keluarga yang berantakan akibat ortu kita tak lagi peduli dengan situasi dan keadaan keluarga di rumah. Ortu nggak lagi perhatian terhadap anak-anaknya, baik masalah di rumah, sekolah, sampai pada perkembangan pergaulan kita di masyarakat.
Namun, broken home bisa juga diartikan dengan kondisi keluarga yang tidak harmonis dan tidak berjalan layaknya keluarga yang rukun, damai, dan sejahtera karena sering terjadi keributan serta perselisihan yang menyebabkan pertengkaran dan berakhir pada perceraian. 

Kondisi ini menimbulkan dampak yang sangat besar terutama bagi anak-anak. Bisa saja anak jadi murung, sedih yang berkepanjangan, dan malu. Selain itu, anak juga kehilangan pegangan serta panutan dalam masa transisi menuju kedewasaan.
Karena orangtua merupakan contoh (role model), panutan, dan teladan bagi perkembangan kita di masa remaja, terutama pada perkembangan psikis dan emosi, kita perlu pengarahan, kontrol, serta perhatian yang cukup dari mereka. Orangtua merupakan salah satu faktor sangat penting dalam pembentukan karakter kita selain faktor lingkungan, sosial, dan pergaulan.

Nah, buat kita-kita yang mengalami broken home, gimana sih cara mengatasinya supaya kita tetap merasa “baik-baik” saja dan tidak menjadi malu serta tidak percaya diri atau lari dari masalah dengan cara-cara yang salah?
Sebenarnya ada banyak cara yang bisa kita lakukan apabila kita terjebak dalam situasi yang tidak mengenakkan ini. Awalnya sih sulit dan tidak gampang karena kita mesti menghadapi situasi yang belum pernah kita hadapi sebelumnya. Namun, bukankah setiap permasalahan itu ada jalan keluarnya? Nah, berikut ini ada beberapa cara ampuh untuk mengatasi situasi seperti itu.

1. Hadapi semuanya dengan sikap positif
Tidaklah semua yang terjadi itu merupakan hal buruk meskipun itu sesuatu yang berdampak negatif ke kita. Kita harus mencoba menerima keadaan dan berusaha tegar. Hal ini akan membantu kita mengatasi masalah tersebut.

2. Berpikir positif
Peristiwa yang kita alami kita lihat dari sisi positifnya. Karena di balik semua masalah pasti ada hikmah yang dapat kita petik. Jadikan itu semua sebagai proses pembelajaran bagi kita sebagai remaja menuju tahap kedewasaan. Jauhkan segala pikiran buruk yang bisa menjerumuskan kita ke jurang kehancuran, seperti memakai narkoba, minum-minuman keras, malah sampai mencoba untuk bunuh diri.

3. Jangan terjebak dengan situasi dan kondisi
Yang jelas, kita enggak boleh terjebak dengan situasi dan menghakimi orangtua atau diri sendiri atas apa yang terjadi serta marah dengan keadaan ini. Alangkah baiknya apabila kita bisa memulai untuk menerima itu semua dan mencoba menjadi lebih baik. Keterpurukan bukanlah jalan keluar. Sebaiknya sih kita bisa tegar dan mencoba bangkit untuk menghadapi cobaan ini. Tetap berusaha itu kuncinya.

4. Mencoba hal-hal baru
Tidak ada salahnya kita mencoba sesuatu yang baru, asal bersifat positif dan dapat membentuk karakter positif di dalam diri kita. Contohnya, mencoba hobi baru, seperti olahraga ekstrem (hiking, rafting, skating atau olahraga alam) yang dapat membuat kita bisa lebih fresh (segar) dan melupakan hal-hal yang buruk.

5. Cari tempat untuk berbagi
Kita enggak sendirian lho, karena manusia adalah makhluk sosial yang hidup berdampingan dengan orang lain. Mencari tempat yang tepat untuk berbagi adalah solusi yang cukup baik buat kita, contohnya teman, sahabat, pacar, atau mungkin juga saudara. Ya… usahakan tempat kita berbagi itu adalah orang yang dapat dipercaya dan kita bisa enjoy berkeluh kesah dengan dia.
Beberapa hal di atas dapat dijadikan acuan buat kita karena sebenarnya semua permasalahan itu ada solusinya.

Intinya enggak perlu panik atau resah karena kita sebagai anak memang enggak bisa mengelak apabila itu terjadi pada keluarga kita walaupun kita tidak menginginkannya. Enggak perlu panik ataupun sampai depresi menghadapinya. Walaupun berat, kita juga mesti bisa menerimanya dengan bijak. Karena siapa sih yang mau hidup di tengah keluarga yang broken home? Pasti semua anak enggak akan mau mengalaminya.
Broken home bukanlah akhir dari segalanya bagi kehidupan kita. Jalan kita masih panjang untuk menjalani hidup kita sendiri. Pergunakanlah situasi ini sebagai sarana dan media pembelajaran guna menuju kedewasaan. Ingat, kita tidak sendiri dan bukanlah orang yang gagal. Kita masih bisa berbuat banyak serta melakukan hal positif. Menjadi manusia yang lebih baik belum tentu kita dapatkan apabila ini semua tidak terjadi. Mungkin saja ini merupakan sebuah jalan baru menuju pematangan sikap dan pola berpikir kita.

Terima kasih semoga info ini bermanfaat bagi kalian semua yang terjebak di keluarga broken home. Tetaplah menjalani hidupmu dengan penuh optimis karena kamu tidak sendirian, masih ada Allah yang mengasihi kamu dan teman serta sahabat yang selalu ada buat kamu berkeluh kesah. Jalanilah hidupmu dengan rasa optimis. See you ..

Kamis, 07 April 2016

JURUSAN DKV




Hai kawan-kawan ?? Kalian tau apa itu DKV ?? Tidak semua masyarakat mengetahui apa itu DKV. Oke baiklah, kali ini saya akan bercerita sedikit tentang DKV.DKV singkatan dari Desain Komunikasi Visual. DKV adalah ilmu yang mengembangkan bentuk bahasa komunikasi visual berupa pengolahan pesan-pesan untuk tujuan sosial / komersial dari individu atau kelompok yang ditunjukkan kepada individu / kelompok. Orang mengenal dengan sebutan Desain Grafis.
Padahal sudah banyaak sekali hasil karya dari anak DKV yang ada disekitar kita, contohnya : baliho, poster, brosur, desain baju, logo dan produk, komik, animasi, iklan dan masih banyak lagi. Mungkin karena lebih cenderung bekerja dibalik layar, jadi anak DKV maupun kata DKV itu jadi kurang diketahui.
Kali ini tidak hanya membahas tentang jurusan DKV, tetapi Saya yang sekarang sebagai pelajar DKV akan bercerita tentang kehidupan pelajar DKV.Kalau mendengar kata DKV atau Desain Grafis  yang terpikirkan pertama kali adalah menggambar dan mendesain. Enak ya kalau sekolah tugasnya Cuma gambar dan desain aja. Ettss.. tunggu dulu, gambar atau desain juga butuh konsentrasi loh.. kayak ngerjain UN aja 
Kerjanya anak DKV juga eren-keren. Bisa jadi ilustrator, kerja di studio film atau game, buat komik, film animasi, ngedesain logo dan produk perusahaan, buat usha distro, percetakan, dan mash banyak lagi.
Mungkin dulu waktu saya di SMP bisa dibilang jago gambar, tapi kalau udah masuk SMK jurusan DKV itu bakal berubah. Di DKV saya dapat bertemu dengan teman-teman yang jago gambar, ada yang jago gambar 2D, 3D, anime, digital painting bahkan jago main software. Keberadaan teman-teman seperti itu bisa membuat minder, tapi dilihat sisi positifnya aja. Dikelilingi teman-teman seperti itu merupakan kesempatan besar untuk mencari ilmu sekaligus mencari teman.
Jangan dipikir kalau jurusan DKV itu ngga ada tugas. Malah tugasnya itu bagaikan air yang mengalir. Hehehe. Tidak disangka kalau tugasnya banyak dan harus belajar manual dulu. Jadi tidak langsung belajar desain pakai Corel Draw, Photoshop, dan sebagainya. Menggambar manual juga lumayan banyak, seperti menggambar nirmana, perspektif, still life, tipografi, dan masih banyak lagi.
Pacaran sama tugasJomblo ?? tenang aja. Kalau udah masuk jurusan DKV kejombloan kalian otomatis akan hilang oleh tugasJ hahahaha. Dengan adanya tugas yang banyak otomatis pelajar DKV akan menghabiskan waktunya untuk mengerjakan tugas. Kalau ibayangin tugas itu bagaikan pacar yang posesif yang mau selalu ditemenin dan tidak boleh pergi sama orang lain.
Selain dikenal dengan tugasnya yang banyak, peralatan yang digunakan dalam jurusan DKV juga cukup memakan biaya. Contohnya peralatan untuk menggambar manual : pensil gambar, drawing pen dan kuas dengan berbagai ukuran, penggaris, jangka, buku gambar A3 atau A4, tinta cina, cat air, cat poster berbagai warna, ditambah juga dengan biaya cetak mencetak tugas. Itu semua membuat uang saku menipis.


Berikut ini akan saya liahatkan sedikit tugas jurusan DKV :


( LOGO DKV )

 ( MEMBUAT BANNER )


  ( MEMBUAT BATIK )



( PACKAGING ATAU KEMASAN )




( POSTER )

Karya sendiri loh. Maaf kalau jelek, karena saya juga masih belajar. Saya akan terus belajar dan tidak menyia-nyiakan jurusan DKV ini. Terima kasih.